JK “dibajak” PD

Nama Jusuf Kalla kembali digadang-gadang menjadi capres 2014. Parpol yang menggadang-gadang mantan wapres tersebut kali ini Partai Demokrat. Langkah ini dinilai sebagai cara instan mendongkrak popularitas dengan ‘membajak’ kader partai lain.

“Jika benar Partai Demokrat mengusung Jusuf Kalla, ini menjadi ‘pembajakan’ terhadap kader partai lain untuk memperbaiki popularitas,” ujar pengamat politik Charta Politika, Arya Fernandes, ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (4/5/2012).

Arya mengatakan ‘pembajakan’ yang dilakukan Partai Demokrat terhadap kader partai lain, baik di pilpres maupun di pemilihan gubernur, bupati, atau walikota tentu akan berbahaya bagi masa depan kaderisasi kepemimpinan dan penguatan identitas partai politik. Di beberapa pemilukada Gubernur dan Bupati/walikota, Partai Demokrat berusaha ‘membajak’ kader partai lain.

“Saya kira pembajakan adalah cara instan untuk bisa survive dalam politik Indonesia, dan saya kira tidak elok bagi masa depan partai,” tuturnya.

Menurutnya, pekerjaan rumah serius yang semestinya dilakukan Partai Demokrat adalah perbaikan infrastruktur politik, penanaman nilai-nilai partai, dan pembangunan pemilih loyal. Ini menjadi tantangan Partai Demokrat pasca SBY, yaitu mentransformasikan kekuatan politik citra menjadi politik jaringan.

Sebelumnya, Waketum PD, Max Sopacua menilai Jusuf Kalla (JK) layak diusung kembali menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014. Dia menilai JK yang tetap eksis selepas menjabat sebagai wakil presiden 2004-2009, dapat saja menjadi capres dari PD.

“Semua orang bisa berpikir untuk JK jadi pertimbangan, karena beliau sudah berkarya,” ujar Wakil Ketum PD Max Sopacua saat dihubungi wartawan, Rabu (2/5). Sumber berita baca
disini! Semoga bermanfaat.

Posted with AZNPage

Real story dibalik kekalahan JK

Ada berbagai macam real story dibalik kekalahan Jusuf Kalla. Perasaan sedih, heran dan bangga terdengar dari berbagai sudut-sudut kota. Tulisan ini bukan bermaksud mengungkit atau mencari-cari kesalahan tetapi semata ungkapan perasaan melihat dinamika politik yang terjadi pasca pilpres khususnya di Sulsel.

Pada umumnya mereka tidak menyangka jagoan mereka bisa kalah secepat itu. Kalau dilihat hasil quick count lokal, pasangan nusantara ini memang masih unggul sekitar 60 an persen. Hal inilah sedikit membuat elite partai golkar bangga. Setidaknya mereka masih bisa membuktikan bahwa mesin partai tetap jalan. Tapi kalau dilihat perolehan suara SBY, perasaan heran pun muncul. Bahkan dibeberapa TPS pasangan ini kok bisa unggul? Dari beberapa hasil tanya jawab singkat saya, Why your vote SBY? Jawabnya dapat diklasifikasi sbb:
1. Sebagai balas budi karena telah diangkat jadi PNS.
2. Karena bersyukur ada BLT.
3. Bersyukur dapat RASKIN.
4. Harga BBM turun.
5. Karena SBY gagah dan berwibawa.
PRAGMATIS!

Sebaliknya ungkapan rasa kecewa justru lebih banyak mengarah ke Mallarangeng brothers. Barangkali mereka harus membuat persiapan khusus agar kemarahan masyarakat bisa tereleminir.

That is politics! semua hanya permainan. Setidaknya suguhan berbagai macam antraksi politik ini telah menambah wawasan dan pengetahuan kita dalam berbangsa dan bernegara.

Seandainya JK Mau Legowo Mundur


Relakah Partai Golkar menjadi oposisi? Pertanyaan ini selalu mengusik perasaan setiap kali melihat sepak terjang para elit partai menyikapi pencalonan presiden.

Sebagai partai yang mempunyai segudang pengalaman tentu sangat riskan mengambil posisi berseberangan dengan pemerintah atau penguasa. Tetapi jika mau realistis dengan perolehan suara partai, maka sudah selayaknya jika para elit PG mengintrospeksi diri bahwa masyarakat menginginkan sesuatu yang different about mission golkar. Sesuatu yang bisa menjelma jadi democracy empowered dan awakening opposition di tanah air tentunya :p

Akh masa iya, ini barangkali cuma mimpi
😦 bagi saya yang ingin melihat sesuatu yang beda dan berarti. Seandainya JK mau legowo, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan masih banyak andai-andai lainnya. Sayang seribu sayang saya cuma bisa berangan-angan. Keputusan akhirnya ada pada mereka yang di “atas”. Wallahu alam.

JK-MEGA KETEMU, SBY MINTA PROMAAG

drug addict

Entah karena apa tiba-tiba SBY pada kunjungan kerjanya di Sulawesi Selatan terkena sakit maag.

Banyak rumor beredar ikhwal sakitnya presiden.


Kondisi politik yang semakin memanas, topik keretakan Demokrat dengan Golkar hingga rumor bahwa SBY tidak enjoy dengan sambutan simpatisan dan kader Partai Demokrat Sulsel yang dianggapnya terlalu over.

Agenda pertemuan JK dengan Mega juga menjadi sasaran berkembangnya rumor tak sedap tentang diri SBY. Sebenarnya Mega dengan PDI Perjuangan telah lama mengincar JK. Buktinya dapat kita lihat dari begitu antusiasnya elit partai menyikapi pecahnya pasangan “Bersama Kita Bisa” ini

Untuk menghindari semakin banyaknya isu-isu menyangkut insiden sakit tersebut, SBY merasa perlu untuk memberi klarifikasi.Yang intinya menegaskan bahwa beliau murni sakit karena nyeri lambung.

Secara umum kita lihat bahwa kedua tokoh nasional ini takkan mungkin lagi bisa berduet pada pilpres yang sebentar lagi akan digelar. Fakta Seputar Retaknya SBY-JK,dan tentunya masih banyak lagi fakta-fakta yang menguatkan bubarnya koalisi tersebut.

Dari awal memang bisa dilihat adanya ketidakcocokan antara keduanya. Beda karakter serta gaya kepemimpinan ibarat air dan minyak. Hanya saja kedua pemimpin tersebut telah memperlihatkan dan membuktikan bahwa perbedaan mendasar tersebut bukan hambatan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Bahkan tak bisa kita pungkiri, kinerja duet SBY-JK lebih smart dan fokus. Meskipun tak bisa dikatakan sempurna.

Justru karena indikasi keberhasilan pemerintahan sekarang yang membuat kedua-duanya tetap menjadi jualan paling laku bagi para politikus. Boleh dikata tak ada satupun bakal capres yang bisa menandingi popularitas dan elektibilitas kedua pemimpin nasional tersebut.


SBY-JK Pemimpin Amanah atau Munafik?




Perpisahan pasangan ‘Bersama Kita Bisa’ mengundang pertanyaan serta berbagai tanggapan masyarakat luas.
Sebagian orang tidak menyangka pasangan SBY-JK akan berpisah diakhir perjalanan pemerintahan mereka, yang lainnya beranggapan bahwa hal ini sudah pasti akan terjadi. Dengan kata lain dalam politik tidak ada kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan.

Walaupun masih banyak yang meragukan keputusan tersebut, namun faktanya memang sangat susah untuk mempersatukan kembali pasangan tersebut.




Pandangan berbeda juga disampaikan, Saudara Djaja dalam komentarnya di Fakta Seputar Keretakan Hubungan SBY-JK, dimana ia mengaku kecewa dengan keputusan kedua pemimpin nasional tersebut. Keputusan tersebut telah melanggar amanah dan munafik sehingga menyerukan gerakan ABS ditambah juga dengan ABJ.

SBY-JK seharusnya sadar bahwa mereka dipilih oleh rakyat adalah amanah besar. Sehingga amanah dan tanggung jawab tesebut harus diselesaikan sampai tuntas. Bukan hanya kasak-kusuk memikirkan jabatan dan kekuasaan.

Sebagaimana diberitakan Kompas, Ketua Umum NU Hasyim Muzadi juga berpendapat agar kedua pemimpin tersebut tidak saling adu argumen tentang pencalonannya masing-masing.

Disatu sisi desakan kader-kader Golkar untuk mencapreskan Jusuf Kalla juga menunjukkan sifat tidak percaya diri mereka sehingga harus menarik serta menjual figur ketua umum untuk bisa memenangkan pileg (pemilihan legislatif).

PDIP sendiri menyambut gembira rencana ‘perceraian’ kedua pasangan tersebut. Bahkan dengan nada optimis Taufik Kiemas yakin koalisi antara PDIP dengan Golkar akan terwujud secepatnya. Tanda-tanda kearah itu memang sudah terlihat dari begitu gencarnya Megawati menggalang dukungan dari wilayah Timur Indonesia. Apakah ini pertanda memang Megawati Incar JK?

Adapun tanggapan dari SBY dapat dilihat SBY Info

Fakta Seputar Keretakan Hubungan SBY-JK

Ada beberapa fakta yang menyebabkan keretakan hubungan SBY – JK yang berujung pada terjadinya rivalitas di antara keduanya pada pilpres 2009.

Denny JA melalui artikelnya Tes Bagi Duet Yudhoyono Kalla
secara gamblang menjelaskan perbedaan mendasar antara kedua pemimpin tersebut.

Fakta pertama :
Hasil rapimnas partai demokrat yang tidak membicarakan secara langsung siapa yang mendamping SBY. Hal ini bisa menimbulkan banyak penafsiran diantaranya akan ada pengganti Jusuf Kalla sebagai cawapres mendampingi SBY.

Fakta kedua :
Pernyataan kontroversial wakil ketua umum partai demokrat yang dinilai melecehkan partai golkar. Dalam hitungan politis perolehan suara partai demokrat tidak akan mungkin melebihi partai golkar.

Walaupun pada artikel berikutnya, Menjaga SBY-JK
Bung Denny mencoba memberi gambaran suasana politik jika duet SBY – JK berpisah namun nampaknya konstelasi politik nasional dewasa ini justru kebalikannya.

Godaan kekuasaan lebih dominan mempengaruhi masing-masing kandidat. Hal ini secara otomatis membuat komitmen-komitmen antar partai sangat rapuh atau bubar.

Akankah duet SBY-JK mampu bertahan pada pilpres 2009?



JK Tantang Demokrat Refleksi Budaya Siri Bugis Makassar

Komentar miring Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat terhadap Partai Golkar membuat hubungan harmonis antara dua partai tersebut terancam bubar.

Walaupun hal tersebut telah dibantah langsung oleh SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai nampaknya benih-benih persaingan yang mengarah pada perpecahan sudah mulai nampak.

Tanggapan balik dari Ketua Umum Partai Golkar tidak kalah serunya. Bahkan beliau mempersilahkan Partai Demokrat berkoalisi dengan partai lain.

Sebagai partai besar sudah saatnya Golkar mengambil sikap tegas mengenai calon presiden yang akan diusung. Langkah ini akan mampu menggerakkan mesin partai sehingga lebih solid memenangkan pemilu.

Dan sudah seyogyanya Jusuf Kalla yang juga sebagai ketua umum partai maju menjadi calon presiden. Pengalaman beliau sebagai wapres adalah modal besar dan sudah tidak diragukan lagi kemampuan kepemimpinannya.

Baca juga GOODBYE SBY JK!


Golkar Sulsel Kehilangan Sang Jenderal

Pengunduran diri Amin Syam dari kursi ketua Golkar Sulsel adalah blunder bagi partai berlambang pohon beringin ini.

Dalam waktu yang sangat kasip jelang pemilu legislatif maupun pilpres sangat riskan memang. Namun barangkali inilah ujian terakhir bagi ketua umum sebelum memutuskan sikap tentang ikut “nyalon” 01 atau 02 saja.

Tak bisa dipungkiri faktor penyebab timbulnya faksi di tubuh Golkar Sulsel adalah pilgub yang menyebabkan kekalahan kontroversial Golkar di daerah yang selama ini terkenal sebagai lumbung suara partai dengan warna kebesarannya kuning.

Terpilihnya Syahrul Yasin Limpo walaupun dengan perolehan suara tipis yang juga nota bene adalah kader Golkar telah menjungkir balikkan fakta. Hal ini juga berimbas pada semangat euforia kader untuk merekonstruksi partai dengan mengganti pucuk pimpinan yang telah dianggap gagal.

Bagaimanapun juga kedewasaan para elit lokal Partai Golkar dalam menyikapi persoalan ini adalah solusi paling smart guna menghindari partai dari perpecahan dan berimplikasi sangat luas. Dan yang lebih urgent adalah menyelamatkan muka sang ketua umum.

Pertarungan di internal partai yang pernah berkuasa pada zaman orde baru ini bisa dikatakan tahap pemanasan mesin partai jelang pilpres nanti. Hal ini juga menjadi warning bagi partai-partai lain sekaligus sinyal kuat akan kesiapan Partai Golkar untuk kembali berkuasa.