SBY Berhentilah Mengeluh

Presiden SBY dengan enteng mengatakan ada gerakan yang sengaja mendiskreditkan pemerintah, seolah-olah Indonesia akan hancur. Pernyataan ini sontak membuat banyak pihak bertanya-tanya, siapa gerangan mereka yang dituduh oleh presiden?

Di era komunikasi yang super cepat ini, apa saja bisa di blow up oleh media. Rentetan peristiwa dibelahan dunia manapun semakin mudah diakses. Yang hebatnya lagi, semua bisa ikut nimbrung beri komentar, terserah apa saja.

Kembali ke pernyataan RI 01, sinyal tersebut didapatkan beliau melalui sms, telepon dan bahkan bisa dari mana saja. Kenapa tidak? Sekarang tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Teknologi memungkinkan kita semua mengakses beragam konten yang paling rahasia sekalipun. Jadi, apa betul ada semacam gerakan yang ingin membuat masyarakat takut? Sudah pasti betul, buktinya media sendiri selalu mengabarkan beberapa kelemahan pemerintahan SBY selama ini.

Persoalannya, kenapa harus takut dengan gerakan semacam itu? Toh masyarakat sendiri sudah pandai memilah-milah mana yang gerakan betul atau cuma ngawur. Biarkan saja mereka bergelut dengan segala macam info-info tersebut, bukankah semakin banyak yang pikirkan hasilnya bisa lebih bagus.

Semua pihak bebas berpendapat, jadi tugas pemerintah tidak usahlah melayani info-info seperti itu. Cukup hanya bekerja melayani masyarakat. Biarkan saja isu seperti itu bergulir, toh masyarakat juga sudah cerdas dalam melihat dan mencerna segala macam bentuk informasi.

SBY “Cuci Piring” Sendiri

Bagaimana sikap presiden terhadap rekomendasi tim 8 akan terjawab besok (23/11). Banyak pihak berharap apapun sikap presiden nantinya mampu “mendinginkan” suasana atas kisruh antara KPK-Polri-Kejaksaan.

Selama ini kita mengenal gaya kepemimpinan SBY yang ragu dan lamban dalam mengambil sikap. Pada waktu JK (Jusuf Kalla) mendampingi beliau, hal ini bisa ditutupi dengan gayanya yang serba cepat dan tidak terlalu birokratis. Dalam berbagai persoalan negara tak jarang kita lihat dominasi Pak JK dalam mengambil sebuah keputusan.

Wapres Boediono tidak memiliki karakter seperti itu. Bahkan dalam berbagai kesempatan beliau terus terang mengakuinya bahwa tak mungkin mengikuti gaya dan karakter JK.

Terkait kisruh ketiga lembaga penegak hukum tersebut. Presiden tidak mempunyai “orang” lagi yang bisa mengimbangi dinamisasi persoalan yang muncul. Media pun harus gigit jari. Tidak ada lagi kejutan-kejutan yang bakal muncul. Posisi seperti ini tentu sangat tidak nyaman bagi SBY. Selama periode pertama pemerintahannya praktis beliau tidak pernah menemui “lawan tanding” karena sebelumnya sudah “KO” duluan.

Apa boleh buat urusan rumah tangga yang selama ini dibebankan pada pembantu terpaksa dikerjakan sendiri. Maklum pembantunya pulang kampung. Jadi kita lihat saja bagaimana tuan rumah sendiri yang turun langsung membersihkan dapur dan cuci piring.

Alasan Kenapa Memilih Prabowo

konsolidasi nasional-menyambut prabowo

Tak bisa dipungkiri, popularitas capres yang diusung Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) ini, Prabowo Subianto menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.

Dari calon yang dipandang sebelah mata, menjadi calon yang paling diperhitungkan saat ini.

Apa yang menyebabkan sosok mantan menantu Bapak Pembangunan Indonesia, H. M. Soeharto dan berjuluk “Rising Star” ini mampu meraih simpati rakyat dalam tempo yang relatif singkat.

Merujuk pada blog saudara M. Shodiq Mustika, dimana selebriti cantik Maia, mantan personil Ratu begitu “tergila-gila” dengan sosok mantan danjen kopassus itu, karena melihat figur ini memiliki watak rendah hati, tegas dan tidak sombong.

Salah satu contoh kerendahan hati beliau yakni ketika dengan terbuka mengakui kesalahan masa lalunya dan meminta maaf kepada semua rakyat Indonesia.

Mampukah Prabowo membuktikan bahwa dirinya memang layak dan pantas menjadi orang nomor satu di Indonesia? Mari kita tunggu dan lihat pilihan rakyat pada pemilu yang akan datang.

JK-MEGA KETEMU, SBY MINTA PROMAAG

drug addict

Entah karena apa tiba-tiba SBY pada kunjungan kerjanya di Sulawesi Selatan terkena sakit maag.

Banyak rumor beredar ikhwal sakitnya presiden.


Kondisi politik yang semakin memanas, topik keretakan Demokrat dengan Golkar hingga rumor bahwa SBY tidak enjoy dengan sambutan simpatisan dan kader Partai Demokrat Sulsel yang dianggapnya terlalu over.

Agenda pertemuan JK dengan Mega juga menjadi sasaran berkembangnya rumor tak sedap tentang diri SBY. Sebenarnya Mega dengan PDI Perjuangan telah lama mengincar JK. Buktinya dapat kita lihat dari begitu antusiasnya elit partai menyikapi pecahnya pasangan “Bersama Kita Bisa” ini

Untuk menghindari semakin banyaknya isu-isu menyangkut insiden sakit tersebut, SBY merasa perlu untuk memberi klarifikasi.Yang intinya menegaskan bahwa beliau murni sakit karena nyeri lambung.

Secara umum kita lihat bahwa kedua tokoh nasional ini takkan mungkin lagi bisa berduet pada pilpres yang sebentar lagi akan digelar. Fakta Seputar Retaknya SBY-JK,dan tentunya masih banyak lagi fakta-fakta yang menguatkan bubarnya koalisi tersebut.

Dari awal memang bisa dilihat adanya ketidakcocokan antara keduanya. Beda karakter serta gaya kepemimpinan ibarat air dan minyak. Hanya saja kedua pemimpin tersebut telah memperlihatkan dan membuktikan bahwa perbedaan mendasar tersebut bukan hambatan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Bahkan tak bisa kita pungkiri, kinerja duet SBY-JK lebih smart dan fokus. Meskipun tak bisa dikatakan sempurna.

Justru karena indikasi keberhasilan pemerintahan sekarang yang membuat kedua-duanya tetap menjadi jualan paling laku bagi para politikus. Boleh dikata tak ada satupun bakal capres yang bisa menandingi popularitas dan elektibilitas kedua pemimpin nasional tersebut.


Fakta Seputar Keretakan Hubungan SBY-JK

Ada beberapa fakta yang menyebabkan keretakan hubungan SBY – JK yang berujung pada terjadinya rivalitas di antara keduanya pada pilpres 2009.

Denny JA melalui artikelnya Tes Bagi Duet Yudhoyono Kalla
secara gamblang menjelaskan perbedaan mendasar antara kedua pemimpin tersebut.

Fakta pertama :
Hasil rapimnas partai demokrat yang tidak membicarakan secara langsung siapa yang mendamping SBY. Hal ini bisa menimbulkan banyak penafsiran diantaranya akan ada pengganti Jusuf Kalla sebagai cawapres mendampingi SBY.

Fakta kedua :
Pernyataan kontroversial wakil ketua umum partai demokrat yang dinilai melecehkan partai golkar. Dalam hitungan politis perolehan suara partai demokrat tidak akan mungkin melebihi partai golkar.

Walaupun pada artikel berikutnya, Menjaga SBY-JK
Bung Denny mencoba memberi gambaran suasana politik jika duet SBY – JK berpisah namun nampaknya konstelasi politik nasional dewasa ini justru kebalikannya.

Godaan kekuasaan lebih dominan mempengaruhi masing-masing kandidat. Hal ini secara otomatis membuat komitmen-komitmen antar partai sangat rapuh atau bubar.

Akankah duet SBY-JK mampu bertahan pada pilpres 2009?



Arah Politik Prabowo Menuju RI 1

Seperti halnya pidato-pidato politik lainnya yang secara umum sarat dengan konten janji-janji manis. Begitu pula kira-kira gambaran dari pidato politik Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Saya tidak terlalu serius menanggapi pidato beliau. Tetapi saya lebih tertarik untuk menelaah makna politis beliau sehingga berani mengambil keputusan maju sebagai capres melalui Partai Gerindra.

Kalau kita mencoba mengambil dasar dari persyaratan untuk mengajukan calon sangatlah berat bagi Prabowo dengan Gerindranya untuk lolos. Mereka harus mampu mengalahkan dua kekuatan partai politik besar yakni Partai Golkar dan PDIP. Yang paling realistis adalah Gerindra membentuk koalisi dari salah satu partai besar tersebut.

Wiranto pun memiliki persoalan yang sama. Partai Hanura harus berjuang keras agar dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan amanat UU.

Yang jadi pertanyaan, untuk apa dua orang mantan petinggi TNI ini mempertaruhkan diri dalam pilpres nanti?

Dari sudut politis tentu semuanya bisa saja terjadi. Dan tidak menutup kemungkinan pada detik-detik menentukan dua kekuatan ini bersatu membangun komitmen yang tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Kita tunggu tanggal mainnya!

Kalau koalisi ini terbangun maka akan muncul sekurang-kurangnya tiga kekuatan politik besar yang akan bertarung. Sedangkan partai-partai yang berbasiskan agama akan membagi diri diantara tiga kekuatan politik tersebut.

Adapun SBY dengan Demokratnya tentu masih harus bersabar menunggu hasil pemilihan legislatif. Dengan posisinya sebagai presiden, maka akan banyak sekali partai-partai kecil yang mengincarnya. Tentunya dengan harapan bisa nebeng popularitas.

Obama, antara Jakarta-Washington


Pelantikan Obama menyedot perhatian dunia. Hampir seluruh stasiun TV menyiarkan secara live acara tersebut. Dan mungkin inilah acara yang paling dinanti-nantikan oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Animo masyarakat yang begitu besar menunjukkan adanya expectation yang tinggi terhadap sosok presiden kulit hitam pertama Amerika ini. Ditambah lagi dengan kondisi krisis global yang membuat banyak orang kehilangan harapan untuk penghidupan lebih baik serta masa depan yang suram.

Sosok Obama yang menghabiskan masa kecilnya di Indonesia juga menambah daya tarik publik untuk mengetahui kehidupan pribadinya lebih dalam. Bahkan tak sedikit yang beranggapan bahwa dalam diri Obama telah melambangkan keterwakilan seluruh suku, ras, agama serta bangsa seluruh dunia. Tidak ada satupun sosok presiden negara adidaya tersebut yang memiliki riwayat biologis yang begitu kompleks.

Adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi kita karena sedikit banyaknya Obama tentu mengenal seluk beluk tentang Indonesia. Hal yang sangat positif bagi kerjasama strategis bagi kedua negara. Keterikatan secara psikologis bisa menjadi jalan guna memuluskan jalan diplomasi yang menguntungkan kedua belah pihak. Hanya saja ruang terbuka ini harus tetap kita jaga dari adanya riak-riak bernada pesimis akan kelangsungan serta masa depan Amerika dibawah kepemimpinan Obama serta kecenderungan bertindak agresif dari segala sesuatu yang berbau western.

Terlepas dari semua itu, semua tentu ada hikmahnya. Terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika pun membawa angin segar bagi hubungan Jakarta-Washington. Dan pertanyaannya adalah bagaimana sikap serta reaksi Jakarta ?
wait and see…and
welcome to the new president.

MEGAWATI INCAR JK




Tur politik Megawati ke sejumlah daerah khususnya di kawasan timur Indonesia menandakan genderang pesta demokrasi lima tahunan telah ditabuh.

Dari sekian banyak survei telah dilakukan nama ketua umum PDI Perjuangan ini masih tetap bertengger di papan atas bursa capres. Posisi angkanya hanya beda tipis dengan pesaing utamanya Susilo Bambang Yudhoyono yang tetap memimpin

Mega pantas memiliki rasa percaya diri. Sebagai mantan presiden tentu mempunyai kalkulasi politik tersendiri dalam mengukur elektibilitas pemilih. Alasan ini pula yang memberi keyakinan serta optimisme dari kader-kader partai berlambang banteng gemuk menghadapi pilpres akan datang.

Inilah klimaks dari hasil kongres Bali dimana Mega kembali dipercaya memimpin partai. Keputusan kongres yang pada masa itu dianggap kurang populer ternyata membawa berkah dikemudian hari.

Tapi ini tidak berarti semuanya berjalan sesuai strategi partai. Hal yang paling krusial adalah mandeknya regenerasi di tubuh partai. Dengan majunya Mega sebagai capres tunggal dari partainya secara otomatis menutup peluang bagi munculnya kader muda yang bisa membawa angin segar.

Alhasil kita pun sudah bisa memprediksi peta kekuatan serta konstelasi politik pilpres nanti tak lain adalah arena pertarungan tokoh-tokoh lama alias jadul.

Dari serangkaian tur politik tersebut ada satu yang membuat kita berasumsi tentang pasangan Mega. Tokoh nasional yang selama ini di representasikan sebagai wakil dari Indonesia bagian timur bakal menjadi idola para kandidat.

Presiden Alternatif, Ini Bukan Mimpi!

Gagasan konvensi untuk capres alternatif adalah suatu terobosan baru dalam mendobrak kebuntuan demokrasi murni yang selama ini disuarakan oleh mereka yang kecewa dengan kinerja partai-partai. Hal ini patut disambut guna memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat dalam pilpres akan datang.

Namun dibalik terobosan ini ada satu hambatan besar yang sudah menghadang. Salah satunya adalah aturan main yang di pedomani dimana secara gamblang mengatur syarat jumlah suara bagi partai dalam mengajukan calon.

Inti persoalan sebenarnya terletak pada hegemoni partai berkuasa yang dengan manuver akrobatnya mencoba melakukan pengkerdilan partisipasi publik secara luas dalam menentukan pilihan politiknya.

Bagaimana dengan Anda?
Silahkan beri komentar.

11 September dan Mimpi Amerika

Hari ini tepatnya 11 September 2008 masyarakat dunia khususnya warga Amerika mengenang peristiwa runtuhnya menara kembar atau lebih dikenal dengan menara World Trade Center (WTC). Peringatan tujuh tahun tragedi tersebut cukup unik karena rakyat Amerika sebentar lagi akan mengadakan pemilihan presiden. Tak pelak lagi momen tersebut dimanfaatkan sepenuhnya oleh para kandidat. Capres dari partai demokrat Barack Obama dengan pesaingnya dari partai republik Jhon Mc Cain.
Sejak awal isu sentral dalam pertarungan kursi presiden adalah pandangan tentang terorisme. Kubu republik yang dimotori oleh presiden Bush memanfaatkan isu tersebut dalam menjalankan kebijakan pemerintahannya. Mulai dari isu negara poros setan hingga invasi ke Irak adalah buah dari isu terorisme yang selama ini didengung-dengungkan.
Namun bagi kubu demokrat isu tersebut sudah tidak relevan lagi. Keterpurukan ekonomi Amerika adalah isu yang sangat krusial dewasa ini. Isu perubahan yang diusung Obama seakan membangunkan rakyat Amerika dari tidur yang panjang. Selama ini mereka selalu dihantui oleh ketakutan akan aksi terorisme yang diciptakan oleh mereka sendiri.
Kita tidak bisa pungkiri bahwa isu tersebu mendapat sambutan hangat dari warga Amerika. Sebaliknya isu terorisme sudah menjadi basi alias tidak layak jual lagi.
Akankah Obama mampu melenggang mulus menuju gedung putih? Mari kita lihat apa yang sebenarnya yang di inginkan oleh rakyat Amerika.