SBY Berhentilah Mengeluh

Presiden SBY dengan enteng mengatakan ada gerakan yang sengaja mendiskreditkan pemerintah, seolah-olah Indonesia akan hancur. Pernyataan ini sontak membuat banyak pihak bertanya-tanya, siapa gerangan mereka yang dituduh oleh presiden?

Di era komunikasi yang super cepat ini, apa saja bisa di blow up oleh media. Rentetan peristiwa dibelahan dunia manapun semakin mudah diakses. Yang hebatnya lagi, semua bisa ikut nimbrung beri komentar, terserah apa saja.

Kembali ke pernyataan RI 01, sinyal tersebut didapatkan beliau melalui sms, telepon dan bahkan bisa dari mana saja. Kenapa tidak? Sekarang tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Teknologi memungkinkan kita semua mengakses beragam konten yang paling rahasia sekalipun. Jadi, apa betul ada semacam gerakan yang ingin membuat masyarakat takut? Sudah pasti betul, buktinya media sendiri selalu mengabarkan beberapa kelemahan pemerintahan SBY selama ini.

Persoalannya, kenapa harus takut dengan gerakan semacam itu? Toh masyarakat sendiri sudah pandai memilah-milah mana yang gerakan betul atau cuma ngawur. Biarkan saja mereka bergelut dengan segala macam info-info tersebut, bukankah semakin banyak yang pikirkan hasilnya bisa lebih bagus.

Semua pihak bebas berpendapat, jadi tugas pemerintah tidak usahlah melayani info-info seperti itu. Cukup hanya bekerja melayani masyarakat. Biarkan saja isu seperti itu bergulir, toh masyarakat juga sudah cerdas dalam melihat dan mencerna segala macam bentuk informasi.

Dan Rakyat Pun Hanya Bisa Menonton

Indonesia memang tidak pernah berhenti didera masalah. Baru-baru ini kita terhenyak dengan pemberitaan media tentang ledakan kompor gas yang hingga sekarang belum ketahuan siapa yang bertanggung jawab. Saling tuding, salah menyalahkan oleh masing-masing pihak. Rakyat kembali memang cuma bisa menonton para elite berkelahi.

Sekarang kita kembali terguncang, khususnya bagi yang mempunyai kendaraan roda empat, dengan pemberitaan kerusakan fuel pump oleh beberapa pemilik kendaraan. Hal ini menjadi tamparan keras bagi Pertamina selaku pemasok BBM.

Kok jadi gini? Begitu kira-kira kesan yang bisa ditangkap dari jumpa pers Direktur Pertamina, Ibu Karen. Dengan raut muka tegang, ibu direktur membantah kalau semua kesalahan ditimpakan pada perusahaan yang dikomandaninya selama ini. Ujung-ujung media telah dianggap menggiring opini publik untuk menyudutkan Pertamina dengan maraknya kasus kompor gas dan kerusakan fuel pump.

Lantas siapa yang bertanggung jawab kalau semua pihak tahunya lempar masalah dan saling tuding. Tidak ada yang berani mengambil alih tanggung jawab, semuanya dibiarkan berlarut-larut hingga hilang ditelan masa. Rakyat pun hanya bisa menonton tanpa bisa berbuat apa-apa.

Whats behind with Mbah Surip smile

Once again, Whats behind with Mbah Surip smile? This is a big question. Everytime when I see the phenomenal musician show. He was born in Mojokerto, some places about from East Java Province.

He comes with Bob Marley style and tag I Love You Full instead of I love you so much.

I am feeling something bitterness with laugh and song lyrics. I think the question is still mysterious for audiences because him is death. Innalillahi Wainnal Ilaihi Rajiun/rest in peace

Only a few months He makes everyones excited. The fans is very enjoy with the songs. The hits “Tak Gendong” become familiar song and easy listening for peoples or only a song from street musician, I dont care!

He is a genuine musician and everytime show still low profile. He is a great man and totally life for a music. Unbelievable, He is life very short. Although the lyrics easy listening but fully critical social condition and have a taste freedom to be expresion.

Good bye Mbah Surip, may I hope every your songs can be a solution for this country problems. He is success, (thats fact) to be artist. We are still remember and LOVE YOU FULL!

Mousavi is The Real President

"We Write Mousavi, They Read Ahmadinejad"

Kebuntuan politik pasca pemilu di Iran menarik perhatian dunia. Kemenangan Mahmoud Ahmadinejad atas lawan-lawannya justru mendapat aksi perlawanan rakyat yang dimotori Moussavi.

Rakyat Iran berduyun-duyun turun kejalan memprotes serta menuntut pembatalan hasil pemilu tersebut. Yang pada akhirnya berbuntut bentrok dengan aparat.

Fenomena ini menunjukkan bahwa demokrasi di Iran telah menggeliat. Bahkan seruan pemimpin spiritual Khamenei untuk menghentikan aksi demo tidak digubris. Dan hampir dipastikan revolusi akan terjadi di negara yang pernah berperang dengan Irak itu.

Sekali lagi kemenangan demokrasi di negara-negara arab sudah didepan mata. Efek domino dari proses politik ini akan berdampak luas pada sistim pemerintahan di jazirah arab.

Kita di Indonesia patut berbangga karena proses tersebut telah kita lewati dengan pengorbanan darah dan air mata. Sekarang tugas dan tanggung jawab kita untuk menjaga demokrasi ini agar dapat tumbuh subur.

Mari kita lihat bagaimana rakyat Iran menyelesaikan persoalannya.

Luar Biasa! DPRD Kabupaten Soppeng Memangkas Anggaran Miliaran Rupiah

Peran lembaga legislatif di era reformasi sangatlah penting. Sebagai mitra eksekutif dalam menjalankan roda pembangunan tentunya pengharapan yang tinggi dari masyarakat berada di tangan anggota dewan yang terhormat tersebut.

Hal ini dapat dilihat pada setiap rapat-rapat pembahasan APBD. Tarik menarik antara eksekutif dengan legislatif menunjukkan adanya dinamika positif didalamnya. Inilah hasil dari reformasi yang selama ini kita idam-idamkan.

Harian Fajar
pada halaman Bosowa (Bone, Soppeng, Wajo) mengangkat judul DPRD memangkas anggaran yang diusulkan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Soppeng

Sebagian anggaran mereka dinilai tidak rasional dan kegiatannya tidak jelas.

“Jumlahnya mencapai miliaran rupiah,” ungkap Ketua Komisi B DPRD Soppeng, Nur Naping dalam rapat paripurna lanjutan pembahasan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) 2009 di DPRD Soppeng, senin 16 Februari.

Apakah ini berarti anggota dewan Kabupaten Soppeng sudah bekerja dengan baik?



Civil Society

Melihat latar belakang bakal capres yang akan datang sungguh sangat memiriskan. Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih ternyata sangat kering dengan figur-figur pemimpin. Jangankan sekelas presiden pada level paling bawah pun kita masih sering menjumpai wajah yang itu-itu terus. Kalaupun ada yang berani muncul itupun masih dalam posisi ban serep saja.
Demokrasi yang sedang kita bangun ternyata hanya bisa menyentuh golongan berduit saja. Figur yang mempunyai budget iklan milyaran rupiah selalu mendapat porsi lebih sedangkan mereka yang masuk golongan kantong cekak hanya bisa berkoar-koar tanpa ada yang mendengarkan.
Partai pun setali tiga uang. Tidak ada lagi kader yang profesional. Malah kader bermental kerupuk bermoral bejat yang tumbuh bak jamur di musim hujan.
Kekuatan civil society yang selama ini cenderung melemah hendaknya berbenah diri kembali. Sebab lemahnya pilar tersebut pertanda demokrasi sedang sakit. Kalau demokrasi sudah lumpuh maka kekuatan anarki serta tirani akan bangkit dengan suburnya di tanah air. Maukah kita seperti itu?
Pendidikan politik yang intens serta adanya keinginan dari pemerintah untuk menempatkan kekuatan civil society pada tempat yang semestinya adalah langkah yang tepat. Bukan malah meng kerdilkan peranannya. Dengan kata lain aset tersebut harus tetap dijaga demi kelangsungan tumbuhgnya demokrasi yang sehat.