Drama Politik Bank Century

Susno Duadji, Mantan Kepala Bareskrim Mabes Polri dalam kesaksiannya di depan Pansus Hak Angket Bank Century semakin mempertegas keyakinan berbagai pihak akan adanya modus perampokan pada talangan Bank Century. Dugaan adanya penerima dana yang fiktif terungkap saat anggota pansus, A. Rahmat (F.PKS) menanyakan keberadaan nasabah Makassar (pengusaha bengkel) dan Ciputat (supir taksi).

Dalam jawabannya, SD mengakui bahwa ada modus penerima dana tersebut dengan memberi perumpamaan, orang miskin pura-pura kaya, atau orang kaya pura-pura miskin. Kalau memang hal ini terbukti benar adanya, berarti betul apa yang disampaikan oleh Jusuf Kalla bahwa kasus Bank Century adalah murni perampokan oleh pemiliknya sendiri, dalam hal ini Robert Tantular.

Bisakah celah ini digunakan oleh pansus dalam merekonstruksi adanya unsur korupsi yang mengakibatkan kerugian negara hingga ratusan milyar? Sebab kalau dilihat dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya, pansus telah bekerja dengan maksimal. Dan ini telah dibuktikan dengan menghadirkan berbagai saksi dengan latar belakang serta ilmu yang berbeda. Hal ini tentu harus ditindaklanjuti pula dengan mengeluarkan rekomendasi terbatas guna menjaga tidak melebarnya masalah sehingga semakin jauh dari tugas utama pansus,dan yang paling penting memuaskan rasa dahaga masyarakat akan keadilan di negeri ini.

Drama politik yang tak kunjung berakhir membawa kita pada titik jenuh. Masyarakat ingin segera tahu ada apa dibalik pencairan dana talangan tersebut. Bukan malah berputar terus dengan retorika-retorika politik.

Sudah menjadi kebiasaan kita dalam setiap atau hendak mengambil keputusan dalam rapat, terkadang malah berputar pada soal yang sepele. Panggil sana-sini, hadirkan ini atau itu, yang gilirannya tidak ada sama sekali action.

Padahal persoalan yang mendesak untuk segera diselesaikan dan tidak bisa menunggu lama lagi. Masih banyak persoalan bangsa yang belum tersentuh akibat begitu besarnya perhatian tersedot pada satu persoalan saja. Pengangguran, kemiskinan, pendidikan dan perumahan adalah beberapa persoalan urgen yang harus segera diatasi.

Sri Mulyani Pasang Badan

Apes betul nasib Menkeu Sri Mulyani, wanita yang pernah dinobatkan sebagai 100 orang berpengaruh di dunia ini menjadi bulan-bulanan setelah kasus Bank Century mencuat. Apa boleh dikata, proses politik terus menggelinding. Kecaman serta cacian dan terakhir desakan untuk nonaktif sebagai menteri semakin keras gaungnya. Bersama Wapres Boediono, dua publik figur ini telah mendominasi halaman pemberitaan media cetak dan elektronik di penghujung tahun ini.

Wanita yang berpenampilan tegar ini harus menuai banyak kecaman. Lawan-lawan politiknya di Pansus Kasus Bank Century sudah kebelet ingin segera menggantinya. Program reformasi keuangannyalah yang telah mengantarnya menjadi target utama. Semasa menjabat, dia berani mengubah aturan sistim perpajakan agar lebih transparan dan akuntable. Hal mana telah membuat para pengemplang pajak kelas kakap seperti cacing kepanasan. Perseteruan antara Aburizal Bakrie (Ical), pengusaha yang sekarang menjadi Ketua Umum Golkar diyakini banyak pihak bermula dari situ.

Sudah bukan rahasia lagi di republik ini, jika berani menentang arus,kehilangan jabatan adalah resiko yang harus dihadapi. Gus Dur saja harus terpental dari kursi kepresidenan akibat policynya yang dianggap nyeleneh. Masih ingat kan, pembubaran Departemen Agama ? Beliau sadar bahwa apa yang dilakukannya sama dengan mengusik sarang lebah yang sangat besar. Jaringan korupsi yang sudah demikian menggurita melilit bangsa ini dan menghisap habis hingga kering kerontang.

Sekarang, seorang perempuan berani memutus linkaran setan tersebut. Berdiri pasang badan untuk melawan arus tersebut. Mampukah seorang Sri Mulyani menghadapinya? Lantas kenapa beliau lebih banyak tutup mulut. Pertanyaan demi pertanyaan dari publik yang gemes ingin melihat kasus ini segera tuntas. Kita tunggu episode selanjutnya, siapa yang bakal terpental dan menjadi martir dalam perjuangan memberangus korupsi hingga ke akar-akarnya.